Sabtu, 16 Desember 2017

PENYAKIT SIMPTOMATIS

Makalah Farmakologi
Menjelaskan Mengenai Penyakit Simptomatis

 











Kelompok 4 :
1.      Neni Alimah                (15)
2.   Refi Fianti                    (20)
3.      Selvi Zahrani               (23)
4.      Sisi Nurul Kurniasih    (26)
5.      Zahrotun Naimah        (29)



XI Farmasi 1
SMK Negeri 1 Purwokerto
2014/2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul Farmakologi mengenai penyakit simptomatis. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru farmakologi yaitu Ibu Dwi Astuti yang telah membantu kami dalam memahami materi ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Karena makalah kami memiliki kelebihan dan kekurangan, maka kamipun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.


Penyusun



DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ....................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................................
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................
Bab II Pembahasan ..............................................................................................
Bab III Penutup ...................................................................................................


 BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Penyakit simptomatis adalah suaru penyakit yang belum diketahui penyebabnya. Dan pengobatannyapun hanya bertujuan untuk mengurangi gejalanya saja. Beberapa contoh penyakit simptomatis yang sering kita jumpai antara lain : batuk, nyeri, demam, diare, konstipasi.
Oleh sebab itu Ibu Dwi Astuti, S.Farm Apt selaku Ibu pembimbing pada mata pelajaran  Farmakologi di SMKN 1 PURWOKERTO  memberikan tugas pada siswanya khususnya penulis yang mendapat tugas membuat makalah Farmakologi tentang penyakit simptomatis.
B.     Tujuan
- Memahami klasifikasi penyakit yang bersifat simptomatis
- Memahami ciri-ciri penyakit yang bersifat simptomatis
- Memahami penanganan penyakit simptomatis secara umum
C.  Rumusan masalah
      1. Bagaimana penyakit bisa disebut penyakit simptomatis?
2. Bagaimana terapi farmakologi dan non farmakologi pada penyakit simptomatis?









BAB II PEMBAHASAN
Penyakit adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh siapapun, karena disamping memberikan perasaan yang tidak menyenangkan, penyakit juga sangat menurunkan atau meniadakan aktifitas normal manusia dalam kehidupannya. Pemahaman yang tepat mengenai jenis penyakit akan turut menentukan pengobatan yang tepat.
Beberapa pengertian penyakit yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut :
·         Penyakit adalah suatu keadaan penyimpangan keadaan tubuh yang normal, atau suatu ketidak harmonisan keadaan jiwa (Beate Jacob)
·         Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal (Thomas Thimmreck)
·         Penyakit adalah kehadiran seperangkat respon tubuh yang abnormal terhadap agen, dimana manusia mempunyai sedikit toleransi atau tidak sama sekali (Elizabeth J Crown)
Penyakit simptomatis merupakan penyakit yang merupakan suatu gejala yang belum dapat ditentukan secara pasti penyebabnya (kausalitas). Pada umumnya keadaan ini tidak spesifik dan dapat saja hanyalah penyerta dari suatu penyakit lain. Pengobatan bertujuan hanya untuk mengurangi gejala (simptom) yang terjadi.
Penyakit-penyakit yang tergolong bersifat simptomatis, antara lain :
1.      Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri berdasarkan durasi atau lamanya terbagi atas: akut dan kronis (survival function) dengan cara mengarahkan tubuh untuk memberikan refleks dan sikap protektif terhadap jaringan yang rusak hingga sembuh.





Obat-obatan pereda nyeri bertujuan antara lain :
1.      Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
2.      Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten (menetap)
3.      Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
4.      Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
5.      Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
Pengobatan nyeri harus dimulai dari obat-obat penghilang nyeri (analgetik) yang aktifitasnya paling rendah, sampai ke yang paling kuat. Step Ladder dari WHO adalah pedoman mengenai tingkatan penggunaan analgetik mulai dari tingkat 1 (ringan) sampai tingkat 3 (kuat).
Beberapa jenis golongan analgetik yang dapat digunakan pada keadaan nyeri :
-       Paracetamol
-       Acetosal (aspirin)
-       Asam mefenamat
-       Natrium diklofenak
-       Methampyron (antalgin)
-       Ibuprofen
-       Ketorolac
-       Celecoxib
-       Analgesik sentral (tramadol)
-       Analgesik opiate (codein, morfin)
2.      Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Bila diukur pada rektal >38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F).
Menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) demam pada bayi adalah bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38°C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit.
-       Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, dll.
-       Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, dll.
-       Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain.
-       Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan, penyakit autoimun, keganasan, dan pemakaian obat-obatan.
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari, atau gangguan lainnya.
Terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan demam adalah:
1.      Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat yang cukup.
2.      Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
3.      Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti.
Terapi farmakologi dalam pengobatan demam adalah obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen, tentu saja dengan dosis yang disesuaikan untuk demam pada penderita bayi, anak dan dewasa.


3.      Diare (mencret)
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Jenis-jenis diare antara lain :
-       Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan lemas kadang demam dan muntah, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
-       Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan tubuh yang dapat berakibat kematian, terutama pada anak/bayi jika tidak segera diatasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun.Diare yang terus-menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, cholera atau kanker usus.
Menurut WHO 4 hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan (rehidrasi), dianjurkan pemberian makanan terutama ASI tidak menggunakan obat antidiare selama diare.
4.                  Konstipasi (sembelit)
Adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Obstipasi
( Konstipasi yang cukup hebat ) yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus.
Kata “konstipasi” atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare yang artinya “bergerombol bersama”. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dari berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada perabaan perut teraba massa tinja (skibala)


Faktor-faktor penyebab konstipasi antara lain:
1. Penyakit pada saluran cerna; sindrom iritasi usus, penyakit saluran cerna atas, penyakit pada     anal dan rektum, wasir, tumor, hernia, volvulus usus, sifilis, TB, infeksi cacing, limphogranuloma.
2. Gangguan metabolik dan endokrin; diabetes melitus dengan neuropati, hipotiroidisme, pheokromositoma, hiperkalsemia.
3. Kehamilan; Penekanan motilitas usus, peningkatan penyerapan cairan dari usus besar, penurunan aktivitas fisik, perubahan diet, kurangnya asupan cairan, diet rendah serat, penggunaan garam besi.
4. Neurogenik; penyakit sistem syaraf pusat, trauma otak, cedera spinal kordata, tumor sistem syaraf pusat, kecelakaan cerebrovaskular, penyakit parkinson’s
5. Psikogenik; Psikogenik untuk mengabaikan/menunda dorongan untuk buang air besar, penyakit psikiatrik.
6. Penggunaan obat-obatan tertentu
Terapi Non Farmakologis
a.       Diet Tinggi Serat
Dengan melakukan modifikasi diet untuk meningkatkan jumlah serat yang dikonsumsi. Serat yang merupakan bagian dari sayuran yang tak dicerna dalama usus akan meningkatkan curah feses, meretensi cairan tinja, dan meningkatkan transit tinja dalam usus. Terapi ini maka frekuensi buang air besar meningkat dan menurunnya tekanan pada kolon dan rektum. Pasien dianjurkan mengkonsumsi 10 gram serat kasar perharinya. Serat terdapat pada Buah, sayur dan sereal,dan terdapat pada produk obat yang merupakan agen pembentuk serat masal seperti  koloid psylium hidrofilik, metilselulosa atau polikarbofil yang dapat menghasilkan efek sama dengan bahan makanan tinggi serat yang tersedia dalam sediaan tablet, serbuk atau kapsul.
Terapi farmakologi
Obat yang dapat digunakan dalam terapi farmakologis konstipasi adalah:
1.      Emolien, adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja dengan memfasilitasi pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus
2.      Laktulosa dan sorbitol.
3.      Derivat Difenilmetana. Turunan difenilmetana yang utama adalah bisakodil dan fenoftalein
4.      Derivat Antrakuinon. Termasuk dalam derivat antrakuinon adalah sagrada cascara, sennosides, dan casathrol
5.      Katartik Saline. Katartik saline terdiri dari ion-ion yang sulit diserap seperti magnesium, sulfat, sitrat, dan fosfat yang bekerja dengan menghasilkan efek osmotik dalam mempertahankan cairan dalam saluran cerna.
6.      Minyak Jarak.
7.      Gliserin. Gliserin biasanya diberikan dalam bentuk suppositoria 3 gram yang akan memberikan efek osmotik pada rektum. Gliserin dianggap sebagai pencahar yang aman meski mungkin juga mengakibatkan iritasi rektum.
5.                  Batuk
Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Dua jenis batuk yaitu : 
1.      Batuk berdahak (produktif ) adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan.
2.      Batuk kering (non produktif ) adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
Gejala-gejala
·         Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan pengeluaran dahak
·         Tenggorokan sakit dan gatal
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi batuk :
1.      Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan tenggorokan, jangan minum soda atau kopi.
2.      Hentikan kebiasaan merokok
3.      Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau berminyak) dan udara malam.
4.      Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan iritasi tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan kering atau pedih.
5.      Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi hidung yang kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan sesendok teh balsam/minyak atsiri untuk membuka sumbatan saluran pernapasan.
6.      Minum obat batuk yang sesuai
7.      Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter
8.      Pada bayi dan balita bila batuk disertai napas cepat atau sesak harus segera dibawa ke dokter atau pelayanan kesehatan.
Obat batuk yang dapat digunakan :
·         Ekspektoransia (pengencer dahak) , antara lain : Gliseril guaiakolat (GG),Bromheksin, Obat Batuk Hitam (OBH)
·         Antitusif (penekan batuk) antara lain : Dekstrometorfan,Diphenhidramin HCL
6.                  Muntah
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah yang disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah di otak dan juga karena makan atau menelan zat iritatif atau zat beracun atau makanan yang sudah rusak, selain itu muntah juga dapat disebabkan oleh obat anti kanker dan pereda nyeri golongan opiat seperti morfin. Penyebab yang lain yaitu Penyumbatan mekanis pada usus karena makanan dan cairan berbalik arah dari sumbatan tersebut. Iritasi atau peradangan lambung, usus atau kandung empedu, juga dapat menyebabkan muntah.
            Mual dan muntah juga dapat disebabkan karena masalah psikis (muntah psikogenik). Ada muntah yang disengaja, yaitu pada penderita bulimia untuk menurunkan berat badannya. Selain itu muntah psikogenik juga dapat terjadi karena ancaman atau situasi yang tidak disukai yang menyebabkan kecemasan.
Pengobatan muntah dapat dilakukan dengan obat-obat anti emetika seperti :
1.      Domperidon
2.      Metoklopramid
3.      Klorpromazin HCl


















BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit simptomatis merupakan penyakit yang merupakan suatu gejala yang belum dapat ditentukan secara pasti penyebabnya (kausalitas). Contohnya seperti demam, batuk, nyeri, diare, konstipasi.

























LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KUALITATIF dan SEMI KUANTITATIF terhadap URIN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KUALITATIF dan SEMI KUANTITATIF terhadap  URIN
KELOMPOK 3
Description: C:\Users\USER\Pictures\smecon\smecon 2.jpg
Anggota     : Neni Alimah              (15)
                     Noni Indah Mistania (16)
                     Rafi Oktiani               (17)
                     Ramadi Annisa F.      (18)
                     Resti Selasih Tri M.   (19)
                     Refi Fianti                  (20)
                     Rizkyka Imanita        (21)
                     Sania Putri Swanni    (22)
Tahun Pelajaran 2014/2015
SMK NEGERI 1 PURWOKERTO
KATA PENGANTAR
                                                                                               
AssalamualaikumWr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT.  Yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan hasil laporan uji coba urin dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita inginkan, tepat waktu, yang saat ini bisa berada di tangan pembaca yang budiman.
Sebab, sebesar apapun keinginan dan semangat seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, tapi tanpa pertolongan dan hidayah- Nya mustahil untuk terwujud dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Karena pada khakikat segala daya dan upaya hanya milik Allah SWT.
Adapun  tujuan kami membuat  Makalah  hasil laporan uji coba urin ini adalah untuk Meneliti dan menyelesaikan tugas dengan baik. Yang berisi tentang beberapa hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Kualitatif dan Semi Kuantitatif terhadap  Urin (Protein Urin) yang telah kita dapatkan dari sumber yang terpercaya, yang sudah kami renofasi oleh kelompok kami, untuk mencapai kepuasan dan tingkat keberhasilan.
Akhirnya, kami memohon kepada Allah SWT semoga selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin,  dan memberikan manfaat dan motifasi bagi kita semua yang mebacanya. Sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

                                                                                                            Purwokerto, 14 Mei 2015

                                                                                                           
                                                                                                                         Penyusun




DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................  1
KATA PENGANTAR ....................................................................................   2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3 - 4
BAB  I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................   5
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................   6
BAB  II  LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Urin..............................................................................................     7
2.2 Pandangan Awal Mengenai Warna...........................................................      8
2.3. Pemeriksaan Urine...................................................................................      8
2.4  Kegunaan Tes Urin...................................................................................       11
2.5  Pengertian Analisa Kualititatif.................................................................        11
2.6  Macam-macam Analisa Kualititatif.........................................................        12
2.7 Pengertian Analisa Kuantitatif…………………………………………..        14
2.8 Macam – macam Analisa Kuantitatif…………………………………....        15
BAB  III   PEMBAHASAN ANALISA KUALITATIF
3.1 Analisa Kualitatif terhadap Glukosa……………………………………       16
3.2 Analisa Kualitatif terhadap Protein…………………………………….        18
3.3 Analisa Kualitatif terhadap Kolesterol…………………………………        19
3.4 Analisa Kualitatif terhadap Aseton…………………………………….         20
BAB IV PEMBAHASAN ANALISA KUANTITATIF
4.1 Analisa Kuantitatif terhadap Glukosa………………………………….        22
4.2 Analisa Kuantitatif terhadap Protein…………………………………..         23
4.3 Analisa Kuantitatif terhadap Kolesterol……………………………….         25
4.4 Analisa Kuantitatif terhadap Aseton…………………………………...         26
BAB V PENUTUP
5.1  Kesimpulan..............................................................................................        28
5.2 Saran.........................................................................................................        28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................        29




















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga mengenal berbagai sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran fungsinya. Sistem organ dengan sistem kerja masing – masing saling berinteraksi dan menjadikan satu kesatuan yang utuh.
Dari berbagai sistem, kita mengenal sistem perkemihan dimana dari organ-nya dan fungsinya. Adapun hal yang menarik bahwa zat yang dikeluarkan atau yang dikenal dengan nama urine dapat menjadi sebuah penelitian akan kondisi kesehatan tubuh seseorang. Disini telah disusun berbagai hal menarik mengenai urine.
  Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan  oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin
 Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh. Salah satu bentuk ekskresi adalah buang air kecil, hasil buangan itu antara lain berupa urine. Akan tetapi, sebenarnya hasil buangan tidak hanya berupa urine saja. Zat buangan lainnya dapat berupa keringat, gas karbon dioksida,serta zat warna empedu.
Adapun alasan lain ialah karena dengan meakukan percobaan ini kami dapat lebih memahami penyakit gangguan ginjal, penyebab dan cara mencegahnya. Karena dengan melakukan percobaan ini kami dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi yang di ajarkan dibandingkan dengan hanya membaca di buku.



1.2  Tujuan Percobaan
1.2.1           Mengetahui zat-zat yang terkandung dalam urin.
1.2.2           Mengetahui PH urin .
1.2.3           Mengetahui urin bersifat basa atau asam
1.2.4           Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida, dalam urin
1.2.5           Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
1.2.6           Membuktikan kandungan urea dalam urin
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan kandungan urine, dan fungsi urine sebagai petunjuk akan cermin kesehatan seseorang dan mampu melakukan uji coba mengenai urine.





















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Definisi Urin
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan komposDiabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. 




2.2  Pandangan Awal Mengenai Warna
1.      Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.      Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3.      Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4.      Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
2.3  Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1.         Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.



Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a.    Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
b.      Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c.       Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d.      Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e.       pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
2.         Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit
3.         Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a.    Pemeriksaan glukosa
                 Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b.     Pemeriksaan Protein
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
c.    Kolesterol
            Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan dengan 2 cara yakni melalui pemeriksaan darah di laboratorium oleh tenaga medis atau pemeriksaan sendiri dengan alat pemeriksa kolesterol yang mudah didapatkan di apotek atau toko perlengkapan alat kesehatan.

d.    Benda- benda keton (aseton)
                 Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
                   Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.
2.4  Kegunaan Tes Urin
Tes urine biasanya digunakan perusahaan bagi para karyawan baru untuk menjalani prosedur penerimaan karyawan baru. Pada umumnya, tes urine meliputi deteksi keberadaan zat-zat yang seharusnya tidak terdapat dalam urine. Misalnya, protein, zat gula, bakteri, kristal-kristal tertentu dalam jumlah yang besar. Tes urine juga digunakan untuk mendeteksi kehamilan serta zat-zat narkoba. 
Penyakit yang dapat dideteksi melalui tes urine cukup banyak, antara lain penyakit ginjal, diabetes (kencing manis), gangguan hati (lever), eklampsia (pada wanita hamil), dan beberapa lagi lainnya. Pada penyakit-penyakit tersebut, tes urine tetap harus didampingi dengan pemeriksaan fisik. Sebab, tes urine hanyalah pelengkap atau penguat dugaan adanya penyakit dalam tubuh. Setelah menjalani tes, maka sebagai pemilik tubuh, Anda berhak menanyakan tujuan tes urine tersebut serta hasil yang didapat kepada petugas yang memeriksa atau perusahaan tempat Anda bekerja.

2.5 Pengertian Analisa Kualitatif
Analisis kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan atau sampel yang tidak diketahui.  Analisis kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia, bila ingin mengetahui tentang kandungan sampel cair itu maka yang harus dilakukan adalah menganalisa kualitatif terhadap sampel cairan itu.
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contohnya Reaksi redoks, reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.

2.6 Macam-Macam Analisa Kualitatif
1. Penelitian Fenomenologi
Penelitian fenomenologi bersifat induktif . Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi adalah pemahaman tentang respon atas kehadiran atau kebaradaan manusia, bukan sekedar pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau prilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalama-pengalaman apa yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain.Contoh penelitian fenomenologi atau study mengenai daur hidup masyarakat tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat.

2. Penelitian Teori Grounded
Penelitian grounded adalah tehnik penelitian induktif. Tekhnik ini pertama kali digagas oleh Strauss dan sayles pada tahun 1967.Pendekatan penelitian ini bermaslahat dalam menemukan problem-problem yang muncul dalam situasi kebidanan dan aplikasi proses-proses pribadi untuk menanganinya.Metodologi teori ini menekankan observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan ”intuitif” antara variabel.Proses penelitian ini melibatkan formulasi,pengujian,dan pengembangan ulang proposisi selama penyusunan teori

3. Penelitian Etnograf
Penelitian tipe ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya itu, mereka menjadi bagian integral lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan deskriptif. Analisis data dilakukan untuk mengembangkan teori prilaku kultural.Dalam penelitian etnografi, peneliti secara aktuyal hidup atau menjadi bagian dari seting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis dan holistik. Melalui penelitian ini perbedaan-perbedaan budaya dijelaskan, dibandingkan untuk menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau kesehatan manusia.

4. Penelitian Historis
Penelitian historis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi kondisi masa lampau secara objktif, sistematis dan akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan , dievaluasi, dianalisis dan disintesiskan. Selanjutnya, berdasarkan bukti-bukti itu dirumuskan kesimpulan. Adakalanya penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis tertentu.Misalnya,hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara sejarah perkembangan pendidikan dari satu negara yang mengalami hegemoni oleh penjajah yang sama.
Penelitian historis biasanya memperoleh data melalui catatan catatan artifak, atau laporan-laporan verbal. Ada beberapa ciri dominan penelitian historis
• Adakalanya lebih bergantung pada data hasil observasi orang lain daripada hasil observasinya sendiri.
• Data penelitian diperoleh melalui observasi yang cermat, dimana data yang ada harus objektif, otentik, dan diperoleh dari sumber yang tepat pula.
• Data yang diperoleh bersifat sistematis menurut urutan peristiwa dan bersifat tuntas.

5. Penelitian Kasus
Penelitian kasus atau penelitian lapangan dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini serta interaksi linkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitin kasus merupkan penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, tetapi variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya. Contoh, studi lapangan yang tuntas dan mendalam mengenai kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh tenaga pekerja sosial selama menjalankan tugas di tenda pengungsi.

6. Inquiry Filosofi
Inkuiri filisofis melibatkan penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk memperjelas makna, membuat nilai-nilai menjadi nyata, mengindentifikasi etika, dan studi tentang hakikat pengetahuan. Peneliti filosofis mempertimbangkan ide atau isu-isu dari semua persfektif dengan eksplorasi ekstensif atas literatur, menguji atau menelaah secara mendalam makna konseptual, merumuskan pertanyaan, mengajukan jawaban, dan menyarankan implikasi atas jawaban-jawaban itu. Peneliti dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan itu. Ada tiga ilkuiri filosofis, yaitu:
1. Foundational Inquiry
2. Philoshopical Analyses
3. Ethical Analyses
Studi fondasional melibatkan analisis tentang struktur ilmu dan proses berfikir tentang penilaian atas fenomena tertentu tang dianut bersama oleh ”anggota” disiplin ilmiah.
Tujuan analisis filosofis adalah menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep atau analisis linguistik. Inkuiri etikal melibatkan analisa intelektualatas masalah etik dikaitkan dengan adil, hak, tugas,benar dan salah, kesadaran dan tanggung jawab.

7. Teori kritik sosial
Teori kritik sosial adalah filosofi lain dari sebuah metodologi kualitatif yang unik. Dipandu oleh filsafat dari teori kritik sosial, peneliti menemukan pemahaman menganai cara seseoarang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna makna simbolis di masyarakat. Banyak pemahaman muncul dalam sebuah dunia yang fakta kemasyarakatan tertentu diterima apa adanya, tidak didiskusikan atau diposisikan secara dogmatik.Tatanan politik yang mapan itu dipersepsi sebagai tertutup bagi perubahan dan tidak patut dipertanyakan.Tatanan politik semacam ini biasanya muncul pada masyarakat dibawah pemerintahan yang otoriter.
2.7 Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan ilmiah (dalam ilmu sosial) atau suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen penyusunnya sehingga dapat dikaji secara langsung. Zat yang ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan sebagai konstituen/analit yang menyusun sebagian besar atau sebagian kecil dari sample yang dianalisis. Kata analisa (analisis) berasal dari bahasa Yunani kuno yang masuk kedalam bahasa Latin modern yaitu kata analusis yang berarti melepaskan. Kata analusis sendiri terdiri atas dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali dan luein yang berarti melepas sehingga analuein berarti melepas kembali atau mengurai.  Analisa kuantitatif adalah analisis kimia yang mencari kadar kandungan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu cuplikan atau sampel. Analisa kuantitatif bertujuan menentukan kadar ion atau molekul suatu.
Data yang diperoleh dapat ditinjau lebih lanjut dan data yang diperoleh juga dapat digunakan untuk  menetapkan  komponen  atau penyusun bahan. Prinsipnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan tiap titrasi, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperkirakan indikator/diperlukan indicator untuk melihat titik akhir titrasi.
2.8 Macam-macam Analisa Kuantitatif
1.      Analisa Titrimetri
Analisis titrimetri dianggap lebih baik dalam menunjukkan proses titrasi dibandingkan dengan analisis volumetri (Pudjaatmaka dan Setiono, 1994). Analisa titrimetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan (Rivai, 2006)
2.      Analisa Gravimetri
Analisa gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan zat lainnya. Analisa gravimetri adalah analisa yang menyangkut pengukuran berat. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna hingga kualitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat terdeteksi.
3.      Analisa Instrumental
Analisa kuantitatif instrumental didasarkan pada interaksi energy dengan materi(matter- energy interaction). Juga didasarkan pada pengukuran besaran fisik untuk menetukan jumlah zat atau komponen yang dicari atau non-stoikhiometri. Diatas disebutkan interaksi materi energy. Energy ada bermacam-macam antara lain cahaya, listrik, panas, maka instrumental ini juga bermacam-macam menurut macam energy yang digunakan dan dalam penggunaan energy tertentu. Istilah instrumental merujuk pada suatu instrumen yang khusus dalam tahap-tahap pengukuran suatu sampel.



BAB III
PEMBAHASAN
ANALISA KUALITATIF

3.1 Analisa Kualitatif terhadap Glukosa
a. Pengertian Glukosa
            Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis  semua  karbohidrat  lain  di  dalam  tubuh  seperti  glikogen,  ribose  dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,
dan dalam glikoprotein dan proteoglikan.
b. Uji Glukosa
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan
ALAT DAN BAHAN
Alat :
  1. 1 Tabung reaksi
  2. Penjepit tabung reaksi
  3. Rak tabung
  4. Pipet tetes
  5. Corong
  6. Pipet volume
  7. Lampu spiritus/ bunsen
  8. Beker glass
Bahan :
  1. 5 cc larutan benedict
  2. Urine patologis
CARA KERJA
  1. Masukkan larutan benedict ke dalam  tabung reaksi sebanyak 5 c
  2.  Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
  3. Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih
  4. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak
Cara menilai hasil :
  • Negatif (-)                   : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
  • Positif (+)                    : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
  • Positif (++)                  : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
  • Positif (+++)               : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
  • Positif (++++)             : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)



3.2 Analisa Kualitatif terhadap Protein
a. Pengertian Protein
            Protein merupakan zat yang sangat penting dibutuhkan oleh manusia karena protein bukan hanya sekedar bahan struktural, seperti lemak dan karbohidrat. Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya terkandung hidrogen, okisgen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa rantai dari asam amino.
b. Uji Protein
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
  1. 1 Tabung reaksi
  2. Penjepit tabung reaksi
  3. Rak tabung
  4. Pipet tetes
  5. Corong
  6. Pipet volume
  7. Lampu spiritus/ bunsen
  8. Beker glass
Bahan :
  1. Asam Asetat 6%
  2. Urin patologis
CARA KERJA
  1. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
  2. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin  sampai mendidih
  3. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
  4. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn  maka hasilnya negatif
  5.  jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan  maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
  6. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
  7. Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut
Cara menilai hasil :
  • Negatif              : tidak ada kekeruhan
  • Positif +            : kekeruhan ringan tanpa butiran (0,01-0,05% protein)
  • Positif ++          : kekeruhan mudah dilihat dan dengan butiran (0,05-0,2% protein)
  • Positif +++        : Urin jelas keruh dan kekeruhan dengan kepingan (0,2-0,5 % protein)
  • Positif ++++      : Urin sangat keruh dan kekeruhan dengan gumpalan ( > dari 0,5 % )
3.3 Analisa Kualitatif terhadap Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol
Kolestrol adalah lemak yang terdapat di dalam aliran darah atau sel tubuh yang sebenarnya dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon. Namun apabila kadar kolestrol dalam darah berlebihan, maka bias mengakibatkan penyakit, termasuk penyakit jantung koroner dan stroke. Kolestrol yang normal harus di bawah 200 mg/dl.Apabila di atas 240 mg/dl, maka Anda berisiko tinggi terkena penyakit seperti serangan jantung atau stroke.
b. Uji Kolesterol
Sebelum melakukan pemeriksaan kolesterol, pasien biasanya dianjurkan untuk puasa sepanjang malam, kurang lebih 9-12 jam. Tujuannya, agar tidak terjadi kesalahan pengukuran akibat adanya pengaruh dari lemak yang baru dikonsumsi. Selain itu, 24 jam sebelum melalukan pemeriksaan kolesterol sebaiknya pasien juga tidak melakukan aktivitas berat karena kelelahan yang amat sangat dapat berpengaruh pada hasil pemeriksaan. Pada saat pemeriksaan, darah akan diambil untuk kemudian diukur kadar kolesterolnya.
Hasil pemeriksaan akan menyajikan informasi akurat mengenai kadar kolesterol dalam tubuh seseorang. Hasil pemeriksaan tersebut akan dibandingkan dengan tabel klasifikasi kadar kolesterol standar dalam dunia kedokteran sehingga kadar kolesterol seseorang dapat dianalisis berdasarkan tabel tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut akan menjadi salah satu dasar diagnosis bagi dokter selain wawancara yang dilakukan terhadap pasien mengenai riwayat kolesterol tinggi pada keluarga atau mengenai penyakit-penyakit lain yang pernah diderita pasien.
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan, kolesterol diukur dalam satuan miligram per desiliter darah yang biasa disingkat mg/dL atau milimol per liter darah yang disingkat mmol/L. Di dalam hasil pemeriksaan yang diberikan laboratorium atau rumah sakit, biasanya akan disajikan informasi mengenai 4 komponen lemak utama dalam darah yakni total kolesterol, HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida.
3.4 Analisa Kualitatif terhadap Aseton
a. Pengertian Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropyl alcohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya.Aseton dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting antaranya Kloroform dan Iodoform. Air  kencing biasanya mengandung sedikit aseton, tetapi lebih banyak dalam keadaan sakit tertentu seperti diabetes melitus. Aseton atau propanon mempunyai rumus (CH3)2CO.

b. Uji Aseton

        Dalam urin terdiri atas aseton, asam aseto asetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam aseto asetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksibutirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolism karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolise lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.















BAB IV
PEMBAHASAN
ANALISA KUANTITATIF

4.1 Analisa Kuantitatif terhadap Glukosa
a. Pengertian Glukosa
            Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis  semua  karbohidrat  lain  di  dalam  tubuh  seperti  glikogen,  ribose  dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,
dan dalam glikoprotein dan proteoglikan.
b.      Uji Glukosa
ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Tabung reaksi
• Lampu spiritus
• Penjepit kayu
• Gelas ukur
• Pipet tetes
Bahan :
• CuSO4.5H2O
• Asam sitrat
• Na2CO3 anhidrat
• Aquadest
• Glucotest strip
• Urine sewaktu

CARA KERJA :
a. BENEDICT
• Pembuatan reagen
Larutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest, dengan pemanasan
larutkan 173 g natrium sitrat dan 100 g Na2CO3anhidrat dalam 600 ml aquadest, panaskan kemudian saring perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan larutan sitrat karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan aquadest dan tambahkan aquadest hingga mencapai volume 1000 ml
• masukkan 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
• tambaahkan 0,25 ml (4 tetes) urine dan campurkan
• letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit
• angkat dan langsung baca
No. Warna yang terjadi simbol Jumlah glukosa
yang terkandung dalam urin
1 Biru tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dl
2 Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dl
3 Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dl
4 Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dl
5 MeGlucotest strip
b.      Glukocotest strip
• celupkan strip ke dalam urin selama 30 detik
• baca hasil tersebut dengan membandingkan warna yang didapat dengan warna standard
4.2 Analisa Kuantitatif terhadap Protein
a. Pengertian Protein
            Protein merupakan zat yang sangat penting dibutuhkan oleh manusia karena protein bukan hanya sekedar bahan struktural, seperti lemak dan karbohidrat. Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya terkandung hidrogen, okisgen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa rantai dari asam amino.
b. Uji Protein
ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Tabung reaksi
• Centrifuge dan tabungnya
• Penjepit
• Lampu spiritus
• Pipet tetes
Bahan :
• Asam asetat 10%
• Natrium asetat
• Asam asetat glasial
• Aquadest
• Urine sewaktu
CARA KERJA
1. PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT
• Pembuatan reagen asam asetat 10%
• Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya
• Didihkan selama 1-2 menit
• Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin
• Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih, amati.
NO Pengamatan hasil Simbol
1 Tidak ada kekeruhan (-)
2 Kekeruhan sedikit sekali (±)
3 Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %
4 Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %
5 Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %
6 Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %

2. PEMERIKSAAN SECARA BANG
• Pembuatan reagen
Natrium asetat 11,8 g dan asam asetat glacial dilarutkan dalam aquadest sampai volumenya 100 ml
• 5 ml urine ditambah 0,5 ml reagen bang, kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, amati.
• Bila timbul kekeruhan berarti terdapat endapan protein.
4.3 Analisa Kuantitatif terhadap Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol
            Kolestrol adalah lemak yang terdapat di dalam aliran darah atau sel tubuh yang sebenarnya dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon. Namun apabila kadar kolestrol dalam darah berlebihan, maka bias mengakibatkan penyakit, termasuk penyakit jantung koroner dan stroke. Kolestrol yang normal harus di bawah 200 mg/dl.Apabila di atas 240 mg/dl, maka Anda berisiko tinggi terkena penyakit seperti serangan jantung atau stroke.
b. Uji Kole            sterol
·         HDL Klolesterol (High Density Lipoprotein)
Tujuan             : Penentuan secara kuantitatif  HDL kolesterol                 dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : Laki-laki 35 – 55 mg/dl, perempuan 45 – 55   mg/dl.
HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut.Oleh karenanya HDL disebut sebagai kolesterol yang baik.

·         LDL Kolesterol  (Low Density Lipoprotein)
Tujuan             : Penentuan secara kuantitatif  LDL kolesterol dalam serum dan plasma.
Nilai normal     : <130 mg/dl
Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia.Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.
4.4 Analisa Kuantitatif terhadap Aseton
 a. Pengertian Aseton
            Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropyl alcohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya.Aseton dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting antaranya Kloroform dan Iodoform. Air  kencing biasanya mengandung sedikit aseton, tetapi lebih banyak dalam keadaan sakit tertentu seperti diabetes melitus.Aseton atau propanon mempunyai rumus (CH3)2CO.
b. Uji Aseton
Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang digunakan adalah urine segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen (Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya perubahan warna.

Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya menggambarkan makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat terutama pada penderita DM.

           



           














BAB V
PENUTUP
5.1.       Kesimpulan
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Salah satu komponen urine adalah indikan yang merupakan bagian terpenting dari sulfat eterial urine. Indikan berasal dari pembusukan priptofan dalam usus. Triptofan oleh bakteri usus diubah menjadi indol yang kemudian mengalami penyerapan kembali kedalam darah dan dibawa ke hati. Di dalam hati indol mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat ( indikan ). Jumlah indikan urine menggambarkan proses pembusukan dalam usus.
Dalam uji coba ada beberapa cara misalnya uji benedict untuk menguji adanya glukosa urin dan uji heller untuk mengetahui adanya protein ataupun garam urea urine.
5.2.       Saran
Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tapi terkadang urin yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak sedap, kebanyakan bau dari urin hanya bersifat sementara. Tapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari sebaiknya melakukan pemeriksaan kedokter.








DAFTAR PUSTAKA
Baron, D.N, 1990, Penerbit EGC, Jakarta.
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, http://id.wikipedia.org/wiki/Urin, Jakarta, Depkes.
Guyton  A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasar-Dasar Biokimia, http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaan-urine, Bandung, UI Press.
Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/kegunaan.tes.urine/005/005/226, Bandung, Alfabeta.